CERPEN

#CERPEN
Surat Cinta Untuk Anisa


           



Pada suatu sore seorang peserta putri SANLAT-Pesantren Kilat- dia dibawa ke ruang panitia karena sakit. Rafik pun segera menuju ruang panitia untuk mengetahui siapa yang sakit. Rafik bertanya ke panitia yang lain, “Siapa yang sakit?”. Panitia yang ditanya menjawab, “Anisa, Raf.” “Oh..., Anisa. Segera diberi obat, dan dipulangkan saja. Siapa orang tuanya?” Kata Rafik, sambil mencari obat. Anisa segera mendapatkan pertolongan pertama, kemudian dia duduk di kursi. Gun gun, seorang panitia yang kebetulan berada di lokasi SANLAT segera berangkat untuk memberi tahu orang tua Anisa.
            Beberapa saat kemudian, pak Yan, ayah Anisa pun datang ke lokasi SANLAT untuk menjemput Anisa pulang. “Nis yuk kita pulang, istirahatkan di rumah.” Pak Yan mengajak Anisa untuk pulang. “Iya pak”, kata Anisa sambil berdiri. Pak Yan dan Anisa berpamitan kepada panitia SANLAT, kemudian Anisa dibawa pulang dengan mengendarai sepeda motor CB hitam yang biasa dipakai mengojek oleh pak Yan.
            Rafik merasa heran dengan perasaannya sendiri. Dia merasa terpesona dengan wajah cantik Anisa. Padahal dia baru kelas satu Madrasah Tsanawiyah. Mungkin karena paktor usia dia yang memang telah menginjak usia enam belas tahun. Tidak hanya sampai di situ, dia bicara dalam hatinya,”Wah pantas saja anaknya cantik, ternyata bapaknya juga seorang yang berwajah tampan. Setelah kejadian itu tidak terjadi apa-apa tentang Anisa maupun Rafik.
            Namun tanpa diduga, ketika awal tahun pelajaran baru. Rafik melihat wajah yang pernah menjadi peserta SANLAT pada waktu liburan kemarin. Ya, dia adalah Anisa. Seorang peserta yang pernah mengalami sakit ketika sedang mengikuti kegiatan SANLAT. Ternyata dia masuk ke sekolah dimana dia sekolah. Selama enam bulan berjalan tidak terjadi apa-apa antara Rafik dengan Anisa. Namun, ketika menjelang akhir semester pertama. Dalam suatu acara kemah, Rafik dan kawan-kawan, mereka asyik membaca buku surat-menyurat antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan. Teman-teman Rafik memaksanya untuk menulis sebuah surat yang terdapat dalam buku itu dan wajib dikirimkan kepada seseorang yang dianggap disukai oleh Rafik.
            Akhirnya Rafik pun mengikuti paksaan dari teman-temannya itu. Dia menyalin surat cinta seorang mahasiwa kepada seorang mahasiswi. Malam itu malam yang seru bagi Rafik dan teman-temannya. Mereka membicarakan seputar cinta dan wanita yang mereka sukai masing-masing.
            Hari Senin mereka sekolah kembali, dan sesuai rencana di perkemahan. Bahwa masing-masing mereka akan memberikan surat masing-masing kepada perempuan yang mereka sukai dan diyakini akan menerima surat cintanya itu. Begitupun Rafik, dia memberikan surat cintanya kepada seorang siswi kelas satu, dan ternyata dia adalah Anisa. Ya, Anisa. Dialah gadis yang pertama kali disukai olehnya semenjak di pesantren kilat, bulan Juli lalu.
            Namun, apa yang terjadi? Betapa terkejutnya Rafik, hal yang diluar sangkaannya terjadi. Anisa menolak surat cintanya, malah dia menangis ketika selesai membaca surat cinta dari Rafik. Menangis karena dia tidak menyangka bahwa kakak kelasnya itu menyimpan rasa suka kepada dirinya. Padahal selama ini dia menganggap Rafik sebagai kakak kelasnya yang baik.
            Ketika mendengar penolakan tersebut, Rafik seperti tersambar petir. Mendadak ada perasaan yang berkecamuk dalam dirinya disertai rasa malu karena dia telah menyampaikan rasa suka kepada seorang perempuan. Padahal dia saat mengisi bimbingan ruhani pagi di kelas, dia sering mengatakan bahwa dirinya anti gadis. Namun, ternyata paksaan dari teman-temannya itu membuat dia jadi orang yang lupa tentang apa yang sering dikatakannya kepada adik-adik kelasnya.
            Akhirnya, mulai saat itu Rafik pun menjaga jarak denga kelas satu terutama dengan Anisa. Meskipun, baik teman-teman Rafik maupun teman-teman Anisa, sama-sama mendukung kepada Rafik agar bisa dekat dengan Anisa. Namun, cinta memang bukan karena orang lain. Tapi, cinta lahir dari hati sanubari sendiri. Istilah yang sering diucapkan Rafik ketika berbicara sendiri, “Cintaku bertepuk sebelah tangan”.
            Meskipun cintanya ditolak oleh Anisa, namun sepertinya Rafik tetap menaruh hati kepada Anisa. Buktinya, dia tidak melirik perempuan lain. Padahal perempuan di sekolah tersebut banyak. Dia suka bukan karena kecantikan Anisa semata, tetapi karena dia melihat sang ayah Anisa, yaitu pak Yan. Dia mengenal pak Yan sebagai sosok yang baik. Dia adalah ketua DKM masjid di kampungnya, di samping dia sebagai ketua ojek. Rafik pun sering berkunjung ke rumah pak Yan bersama kang Gun gun. Kadang Rafik datang sengaja datang sendiri ke rumah pak Yan untuk berdialog tentang Islam dan kehidupan. Dia banyak mendapatkan inspirasi dari pak Yan. Namun, meskipun Rafik sering berkunjung ke rumah pak Yan. Tetap saja Anisa tidak melirik sama sekali, dia tetap pada pendiriannya bahwa dia menganggapnya sebagai kakak kelas saja. Apakah sampai di sini berhenti cerita cinta Rafik dan Anisa? Ternyata tidak.
            Kesukaan Rafik kepada Anisa berlanjut sampai dia duduk di kelas dua Madrasah Aliyah. Tidak ada perempuan lain yang hadir dalam hati Rafik kecuali hanya Anisa seorang. Namun, tetap saja Anisa tidak menerima cintanya. Malah ternyata, ketika terakhir kali Rafik menyatakan perasaannya kepada Anisa yang disampaikan melalui adik Rafik yaitu Hayati. Anisa menyatakan minta maaf  karena dia sudah ada lelaki lain yang sudah dia terima sebagai pujaan hatinya.
Betapa berguncangnya hati Rafik ketika menerima jawaban tersebut. Tapi Rafik pun sadar bahwa dia harus tahu diri. Kemungkinan salah satu penyebab Anisa menolak cintanya adalah karena Rafik bukan seorang lelaki tampan dan anak dari orang berada. Rafik adalah seorang anak yatim. Dia hanya memiliki seorang ibu dan seorang nenek. Rafik seorang yang tidak punya tempat tinggal, dia sering berpindah-pindah tempat tinggal.
            Hal ini sesuai dengan sebuah do’a yang sering dia panjatkan kepada Sang pemilik cinta, “Ya Allah, kalau dia itu untukku dekatkanlah dia kepadaku, kalau bukan jangan kecewakan hati ini. Meskipun ditolak cinta oleh seorang paling disukai, namun dia siap menerimanya dengan lapang dada. Dia yakin bahwa dia memang bukan jodohnya. Meskipun ibunya dan adik-adiknya sangat mendukung dia denga Anisa.
            Sekarang Anisa telah nikah bersama lelaki lain, yang dia adalah teman Rafik, Aji. Mereka sudah dikaruniai dua orang anak. Begitupun dengan Rafik dia sudah menikah dengan seorang perempuan yang siap menggantikan posisi Anisa dalam hati Rafik. Hasnah nama perempuan itu, yang dikenalkan lewat saudaranya. Sekarang Rafik pun sudah dikaruniai seorang anak laki-laki yang lagi lucu-lucunya dan menggemaskan Rafik dan Hasnah.
            Hasnah adalah seorang perempuan yang siap mendampingi hidup Rafik tanpa melihat rupa dan harta. Tetapi, dia menerima Rafik sebagai suaminya karena Allah semata. Begitu pun Rafik, setelah terakhir kali ditolak oleh Anisa. Dia akhirnya berprinsip, bahwa siapapun dia yang yang menjadi istrinya penting dia bisa dibina. Maka dia akan dijadikan pendamping hidupnya. Rafik tidak  akan mensyaratkan bahwa calon pendampingya memiliki kriteria yang ideal. Sebab, kalau menurut orang Sunda mah, “Ulah pipilih hanyang nu leuwih, koceplak meunang nu pecak.”


Imah Nini, 18 November 2012
Jam 22.12
Ibnu Karmid bin Adi At-Tiwulandu

Catatan:
Kisah ini hanya fiktif, maaf bila ada kesamaan nama tokoh.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERKARA BIANTARA

SISINDIRAN