Novel CINTA bagian 2
2
TERNYATA GADIS PENDIAM ITU ADALAH,,,
Tak terasa kini keluarga pak
Sudirman sudah hampir tiga bulan berada di kota Cimahi, Jawa Barat. Sudah
banyak tetangga yang mengenalnya karena mereka berempat mudah bergaul dan aktif
di kepengurusan DKM dekat rumah mereka jadi dengan mudah pula mereka bisa eksis
di tengah-tengah masyarakat yang memang berpendidikan dibawah mereka.
Hari ini dirumah keluarga yang
dikenal dengan keluarga cinta tersebut tengah ramai dikunjungi oleh remaja
masjid yang ingin berbagi pengalaman dengan keluarga cinta tersebut, rata-rata
yang hadir disana adalah anak muda seusia antara 15 hingga 20 tahunan, sehingga
siang itu sangat ramai dengan canda dan tawa renyah mereka, para putri keluarga
cinta pun tak segan bergaul dengan mereka dan berbagi cerita tentang berbagai
hal selama mereka tinggal di kota besar hhingga mereka kini ‘terdampar’ dikota
‘kecil’ bernama Cimahi itu, inilah kali pertama kunjungan besar ke rumah
keluarga cinta selama kurun waktu tiga bulan tersebut.
Diantara anak muda yang hadir
tersebut, ada seorang gadis yang menjadi perhatian dari Cinta, dia hadir dengan
gaun sederhana berhijab polos warna pink, berkulit putih, berkaca mata, cantik,
pendiam, dan menurut Cinta sih lebih tepatnya misterius sehingga Cinta
menjulukinya sebagai gadis misterius.
Sejak pindah kesini ia bertemu
dengan gadis ini sudah tiga kali, ini kali keempatnya, selama itu pula Cinta
belum tahu siapa namanya, rumahnya dimana, sekolahnya dimana dan siapa orang
tuanya pun Cinta tidak tahu yang ia tahu hanyalah bahwa gadis tesebut sangat
pendiam.
Dia diam dipojok paling ujung
sehingga hari itu dia tidak banyak terlibat pembicaraan hanya sesekali aja dia
menimpali obrolan orang yang paling dekat duduknya dengan dia.
Cinta dekati dia dari belakang,
ternyata dia tidak tahu, “hai,,, kok makanannya masih utuh? Kamu ga suka
makanan ini ya? Boleh kuambil makanan lainnya?” sergah Cinta, yang ditanya
malah senyum malu-malu, entah kenapa, sejurus kemudian ia menggelengkan
kepalanya.
“owh bukan saya tidak suka, tapi,
tadi dirumah aku sudah makan banyak jadi sampai sini masih kenyang, tapi jujur
aja ini kue bikin siapa kok enak benar” katanya sambil nyomot kue yang tadi
nyaris ditarik oleh tuan rumah karena dikiranya ga disukai oleh gadis bermata
indah itu.
“eh ngomong-ngomong namaku Cintaresmi,
panggil saja Cinta” katanya mengenalkan diri sambil menyodorkan tangan kanannya
pada sosok misterius yang kini ada didepannya tersebut.
“oh ehm ssaya,,,, Indah,
Indahsari Pertiwi,,,” katanya gelagapan mirip pencuri yang ketangkap basah
polisi kayak di film-film televisi itu, sambil membenarkan posisi kacamatanya
yang melorot hingga ke hidung bangirnya itu.
“owh nama yang bagus kayak
pemiliknya, tapi kamu jahat, masa punya nama seindah itu kamu baaru beritahu
aku sekarang, kita kan sering ketemu, tapi ya udahlah, kuharap kita bisa jadi
sahabat kamu mau kan jadi sahabat aku?” kata Cinta, mulai deh suasana mencair,
ia tersenyum dan menganggukan kepalanya pertanda ia setuju dengan idenya Cinta.
Dari sejak saat itulah keduanya mulai akrab. Makanan kue yang sedari tadi
dianggurin kini tinggal setengah piring lagi di’hajar’ kedua sahabat baru itu.
“wah buku-bukunya keren semua
nih, kayaknya ada yang layak untuk dicuri nih” tiba-tiba saja Indah nyeletuk
pas yang lain lagi pada diam, sontak saja ia jadi pusat perhatian pada saat
itu, iapun sadar dan sambil tersenyum ia sambung lagi kalimatnya “maksudnya
dicuri ilmunya, bukan bukunya,,, saja” katanya terbata-bata, dan sambutannya
pun tak kalah meriah, satu ruangan neriakin dia dengan koor “huuuuuuuu,,,,,,,,,,!!!!!!!!!”,
segera Cinta sadar ketika sahabatnya itu terpojok ia merangkul Indah dari samping.
“ga apa-apa kok kalo kamu mau
baca, datang kemari aja, kita bisa baca sama-sama, kamu punya hobi baca juga
ya?” kata Cinta.
“ya gitu deh,,, Cuma koleksi
bukuku ga sebanyak ini” jawabnya agak malu-malu.
Itulah sepenggal kisah pertama
Cinta dengan sahabat barunya itu tanpa ada kelanjutan episode hari itu.
Beberapa hari kemudian Cinta
menghubungi Indah melalui telepon genggamnya, namun yang menerima telponnya
adalah ibunya “hallo,,, Indah ini Cinta, kamu kemana aja kok disekolah kamu
ngumpet aja, kamu baik—baik aja kan?” Kata Cinta, ia belum sadar kalo yang
nerima telponnya bukan Indah, tapi ibunya Indah.
“hallo, ini pasti Cinta anak baru
di kampung kita itu ya? Ini sama mamanya Indah, Indah baik-baik saja kok, dia
dirumah, kalo kamu ingin ketemu Indah datang aja kerumah, ga ada siapa-siapa
kok Cuma Indah sendiri,,,” kata mamanya Indah
“ya ampun tante,,,, maaf kirain
ini Indah, iya deh saya ijin dulu ke abi untuk datang kerumah indah, maaf udah
ganggu tante” Cinta kali ini gelagapan merasa bersalah.
Setelah mendapat ijin dari abi,
Cinta ditemani adiknya Ica segera keluar mencari rumah Indah, dan memang tidak
terlalu sulit menemukan rumah Indah hanya berbeda satu RT dengan mereka,
sampailah mereka didepan sebuah rumah sederhana bercat merah bata, setelah
dicek ternyata benar ini rumahnya, ia menekan bel didepan rumahnya Indah
tersebut. Tak seberapa lama kemudian seorang pemuda keluar menemui mereka “cari
siapa ya?” tanyanya ramah.
“eu,,, ini betul rumahnya Indah?”
“betul, kalian pasti temannya
Indah ya? Masuk yuk” ajaknya makin ramah aja, mereka kemudian dibawa masuk
kedalam rumahnya yang sederhana dan duduk diatas tikar dilantai. Lalu mereka
ditinggalkan diruang tamu yang dihiasi berbagai lemari ukuran besar dan sebuah
poto keluarga tertempel di dinding tembok, namun satu hal yang membuat mata
mereka terbelalak, ada sebuah piala besar di pojokan ruangan itu dan dilatar
belakangi oleh sebuah poto seorang gadis berjilbab sedang berjabat tangan
dengan seorang pejabat, sepertinya seorang menteri, dan yang lebih mengherankan
lagi adalah bahwa piala tersebut adalah piala juara umum lomba menulis cerpen
tingkat nasional dan gadis yang berjabatan dengan menteri tersebut adalah,,,,
Indah. What?!!!!
Komentar
Posting Komentar