Novel CINTA bagian 10
10
Hujan Di Pagi Hari
Pagi itu Kota Cimahi dan
sekitarnya diguyur hujan ringan, hal tersebut membuat para penduduknya enggan
untuk beraktifitas secara normal, entah kenapa hujan ini dirasakan Cinta
sebagai hal yang berbeda, pagi itu ia bersama teman-temannya berjalan menuju
sekolahnya yang berjarak lebih dari 1 Kilometer. Sambil bersenandung lagu yang
hits kala itu dikalangan remaja seusianya, mereka berjalan menyusuri gang
sempit diantara menjulangnya gedung tinggi di antara rumah penduduk tersebut.
Hari ini, adalah hari penentuan
yang penting bagi sekolah Cinta dan teman-temannya, ya ini adalah hari
pengumuman kelulusan mereka setelah tiga tahun berada di sekolah tersebut,
menurut rencana, setelah Cinta tamat SMU ini, ia dan beberapa kawannya akan
melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi di kota Bandung, tentunya kalau mereka
lulus dari UMPTN, yang telah mereka jalani beberapa waktu lalu.
Kini, sebuah selebrasi sedang
dilaksanakan di halaman sekolah mereka yang sering dipergunakan untuk kegiatan
olah raga ataupun upacara bendera tersebut. Anak-anak kelas dua belas berkumpul
membentuk lingkaran yang indah, ditengah-tengah mereka berdiri dengan gagah,
seorang pria yang berkedudukan sebagai kepala sekolah mereka itu.
Hujan gerimis saat itu tidak menyurutkan
pandangan mereka pada wejangan dan
petuah, mungkin untuk terakhir kalinya, dari sang kepala sekolah itu, hanya
dalam waktu yang relatif singkat, mereka seakan digiring dan dilepas di gerbang
sekolah dan berpisah menuju impiannya masing-masing. Kini mereka harus berpisah
demi masa depan mereka masing-masing, ada yang masuk perguruan tinggi, bekerja
dan bahkan ada juga diantara mereka yang harus nikah di usia yang segitu
mudanya dengan harapan tidak lagi menjadi beban orang tua mereka.
Sedangkan Cinta memilih
melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, secara kebetulan pula ia
lolos dari SPMB, dan berhak untuk memilih PTN sesuai dengan minat dan bakat
yang dimilikinya, dan sesuai dengan cita-citanya ia memilih Universitas Negeri
yang ada di kota Bandung, segeralah ia kasak kusuk mengurus pemberkasan di
lokasi kampus yang tak jauh dari pusat kota tersebut.
Ternyata untuk mengurus
administrasi di sebuah perguruan tinggi itu tidaklah segampang yang
dibayangkan, walaupun lulus dengan prestasi yang lumayan bagus, namun, banyak
berkas yang harus ia urus secepatnya karena waktu untuk perkuliahan sudah
hampir habis, jadilah ia orang yang super duper sibuknya, hingga waktu untuk
dirinya pun berbeda dan terbatas.
Namun, dalam keadaan beginipun,
Cinta tetaplah Cinta, seorang remaja yang sedang mencari jati diri, ia sangat
menjunjung tinggi komitman terhadap dirinya, ia belum akan tergoda untuk
berumah tangga sebelum ia bisa menyenangkan dan membahagiakan kedua orang
tuanya, salah satunya adalah dengan keinginan ayahnya untuk kuliah dan
mendapatkan kehidupan yang layak bagi mereka, itulah disiplin yang diterapkan
pada rumah tangga mereka.
Suatu hari di sore yang indah
didepan rumahnya yang asri di bilangan Cimindi sana, ia sedang merenungi
hidupnya, Cinta bersyukur karena ia
dianugerahi keluarga dan teman yang selalu mendukungnya dalam menghadapi
berbagai gelombang rintangan selama ini, ditemani cahaya mentari sore itu ia
terpekur diluar rumahnya yang sengaja ia tinggalkan tidak terlalu jauh, ia
melihat ke arah kota Bandung yang mulai bermandikan cahaya menyambut malam,
langit cerah tiada mendung, gunung Tangkuban Perahu di utara kota Bandung itu
berdiri megah seakan memayungi kota dari sengatan matahari sore itu yang dirasa
kian panas, bayangannya seakan menutupi seluruh wajah kota tersebut.
Sesekali Cinta menoleh kearah
tempat sekolahnya yang tidak akan lama lagi akan ia tinggalkan dengan
menyisakan kenangan selama bertahun-tahun belajar disana.
Tadi pagi, seorang kurir telah
datang padanya dengan membawa berita bahwa Cinta diterima di sebuah perguruan
tinggi negeri bergengsi di kota tersebut, tanpa ada testing, ini dimungkinkan
karena nilai Cinta pada pelajaran sekolahnya berada diatas rata-rata
teman-teman sekelasnya.
Besok adalah hari dimana ia dan
teman-teman senasib dengannya harus melakukan pendaftaran di kampus tersebut,
dan malam hari ini ia mempersiapkan segala administrasi yang ia harus bawa.
Tanpa kecuali ia masukan barang termasuk laptop kesayangannya yang sudah dua
tahun ia miliki tersebut untuk menemaninya masuk kampus pada kali pertamanya
ini.
Komentar
Posting Komentar