Novel CINTA bagian 9
9
LELAKI DARI TANJUNG LOA
Dalam kehidupan sehari-hari
keluarga pak Sudirman, selalu menekankan sikaap saling membantu pada yang
membutuhkan, seperti mereka, orang lainpun membutuhkan pertolongan/bantuan dari
para kerabatnya, hal ini menjadi sebuah keharusan yang diemban oleh seluruh
warga masyarakat.
Hari ini, desa tetangga sedang
tertimpa musibah tanah longsor yang menimbun sebuah rumah dan mengubur
hidup-hidup seluruh penghuninya yang sebagian besar sedang terlelap saat itu.
Saat menerima berita tersebut, para tetangga termasuk keluarga Cinta tanpa
menunggu perintah langsung mengumpulkan bantuan, ada yang datang dengan membawa
cangkul, linggis, palu, dan alat kerja lainnya, mereka langsung bergotong
royong membebaskan para korban dan membawanya ke Puskesmas desa setempat, ada
pula yang memasak untuk mereka yang selamat, pak Lurah yang datang ke lokasi
hanya tinggal mengarahkan saja, tak perlu repot mengurusi peralatan untuk
evakuasi korban.
Dusun Tanjung Loa adalah satu
dari sekian banyak dusun di Kota Cimahi yang letaknya berada di kaki gunung
lagadar yang merupakan gunung tandus, karena maraknya pengerukan pasir untuk
keperluan industri, baik di kota Cimahi, maupun Luar kota Cimahi, hingga
semakin hari gunung tersebut terkikis dan habis bagian sisinya dan bila hujan
turun di sekitarnya, maka, longsorpun terjadi, ini bukan yang pertama kalinya
longsor terjadi di kawasan tersebut, namun, dari pihak pengelola belum ada aksi
nyata menanggulangi hal tersebut, sehingga kejadian tersebut terus berulang.
Menjelanng Ashar, para penolong
telah kembali ke rumah masing-masing dengan wajah lemas namun puas, mereka
kembali ketempat masing-masing, termasuk pak Sudirman, ia telah berhasil
mengangkat tiga dari tujuh korban longsor tersebut, mereka berterima kasih pada
para penolongnya dan mengatakan akan meninggalkan tempat tersebut dan akan
pulang kampung ke tanah asalnya.
Malam itu di balai desa diadakan
acara pengajian untuk mengenang peristiwa tersebut, hadir pada kesempatan
tersebut seluruh perangkat pemerintahan setempat dan masyarakat sekitar.
Cinta, Ica, ibu dan ayahnya hadir
disana sebagai penghormatan kepada para
korban mewakili para penolong yang telah bekerja keras menyelamatkan
para korban. Diantara mereka terdapat seorang lelaki berperawakan kurus, tinggi,
dan berkulit gelap, usianya mungkin lebih tua dari Cinta, pembawaannya santai
dan murah senyum, dia didaulat sebagai pembawa acara saat itu, namanya Rifki,
ia adalah salah satu keluarga korban yang satu anggota keluarganya mengalami
gegar otak ringan, ia sendiri saat itu sedang ada diluar rumah, sehingga dalam
satu keluarga tersebut dialah yang paling tidak ada cedera sedikitpun.
Tiba-tiba sebuah lantunan ayat
Al-quran muncul memecah gelapnya malam saat itu, semua yang hadir terperanjat
dan segera melihat siapa pemilik suara merdu tersebut, dari kejauhan terlihat,
di mimbar kehormatan sana duduk dengan santai seseorang berpakaian koko lengkap
dengan peci, menghadapi mushaf Quran, dengan suara melengking, ia berkali-kali
mengagungkan kalam Illahi dengan suara parau, sehingga membuat siapapun yang
mendengarnya merasa haru, hingga banyak diantara mereka yang tidak sadar
menitikkan air mata haru, termasuk Cinta, Ica, dan puluhan jamaah lainnya.
Karena penasaran dengan suara leengkingan terrsebut, Cinta melongok sedikit,
dan terlihatlah sesosok wajah putih, bersih, bersorban dan berpeci putih, baju
koko, dan bersarung rapi, ia duduk bersila menghadapi Al-Quran yang ditopang
sebuah meja kecil diatas sebuah tikar, sangat menyentuh hati. Ia membacakan
surat Al-Waqi’ah yang berkisah tentang kehancuran Dunia pasca hari Kiamat.
Pada kesempatan tersebut, sempat
mereka berbenturan pandang satu sama lainnya yang mengakibatkan keduanya
tertunduk malu, sehingga keduanya hanya saling curi pandang satu sama lainnya.
Hingga pada suatu saat, tibalah
waktunya acara puncak pengajian umum dengan penceramah dari kota Cimahi, beliau
menerangkan tentang keutamaan sabar dalam menghadapi musibah adalah keniscayaan
bagi kita selaku umat muslim yang taat.
Dan diakhir acara, Cinta yang memang
terkenal pemberani, memberanikan diri untuk bertemu dengan sosok pemilik suara
merdu tadi.
“hay,,, tadi suaramu bagus deh,
bisa ajari aku soal tersebut?” Katanya.
“owh bisa azza, syaratnya gampang
kok, Cuma giat berlatih, minum air putih tiap pagi, istirahat yang cukup, dan
makan teratur, that’s it,,,” jawabnya
lancar sekali. Sungguh suatu jawaban yang menyejukan hati Cinta yang makin aja
dug ser .
“owh gitu ya? Pantes aja,
ternyata pola hidup yang jadi patokan” kata Cinta mencoba menyimpulkan sendiri,
yang diajak ngobrol terdiam dan Cuma menganggukan kepala pertanda setuju.
Setelah kejadian tersebut mereka
tidak pernah bertemu kembali, karena kini mereka harus dipisahkan jarak, Rifki
diadopsi oleh orang tua angkatnya dan tinggal di Pulau Bangka, sedangkan
sekolahnya, karena ia mendapatkan bea siswa, sehingga ia dengan leluasa,
mengambil program home schooling, sementara Rifki sendiri magang diperusahaan
ayah angkatnya, sampai ia lulus kuliah nanti.
Komentar
Posting Komentar